Senin 23 Januari 2012 kemarin, bertepatan dengan Hari Raya Imlek 2563 dan
juga hari tilem (bulan mati), saya berhasil menjalankan niatan untuk melakukan purification
bath (melukat). Ini adalah kegiatan melukat saya yang pertama yang
benar-benar berdasarkan keinginan dari dalam diri. :). Kebetulan juga adik saya
yang studi di Jogjakarta sedang liburan semester dan baru pada hari Minggu
kemarin sampai di Singaraja, jadi sekalian saya ajak untuk ikut melukat.
Pura Tirta Sudamala adalah sebuah tempat yang sudah saya rencanakan sebelumnya
menjadi tujuan melukat kali ini.
Berlokasi di pinggiran kota Singaraja, tepatnya Jalan Sudirman, Gang 7, daerah Banyumala, Singaraja-Bali. Cukup
mudah untuk dapat mencapai tempat ini, hanya berjarak sekitar 3 km dari pusat kota Singaraja. Namun akses
jalan memasuki areal pura melewati gang perumahan warga yang tidak dapat
dilalui oleh mobil. Apabila ada pemedek
(umat,red.) yang datang dengan mobil, dapat melanjutkan dengan berjalan kaki.
jaraknya juga tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit.
Gb.1. Lokasi Pura Tirta Sudamala Buleleng |
Pura Tirta Sudamala ini terletak di pinggiran sungai Banyuasri yang melintang dari selatan ke utara Buleleng dan bermuara di laut Buleleng. Sebelumnya saya sudah pernah datang untuk melukat bersama keluarga, namun itu mungkin sudah 10 an tahun yang lalu. Kondisi sekarang di tempat itu sudah sangat jauh berbeda. Kini telah berdiri bangunan pura seluas sekitar 3 m2 yang diresmikan pada tahun 2010 lalu. Di sebelah barat pura,di seberang sungai, terdapat pancuran yang berasal dari sumber mata air, di sanalah nantinya umat akan melakukan mandi melukat. Pancuran itupun telah disulap sedemikian rupa dengan bangunan apik, disertai pelinggih bhatara-bhatari di tempat tersebut.
Hal yang perlu dipersiapkan dari rumah, sebelum melakukan ritual melukat di
pura Tirta Sudamala ini yaitu Banten pejati (jika ada), namun bila tidak dapat
menghaturkan banten pejati, dapat juga menghaturkan sarana yang paling
sederhana , yaitu canang sari dan beras jinah. Yang kedua yaitu kembang 7 rupa
untuk sarana melukat. Namun bagi pemedek yang lupa membawa kembang 7 rupa dapat
membelinya di warung dekat pura yang menyediakan sarana tersebut. Kemudian
apabila pemedek ingin mengambil air suci untuk melukat di rumah, dapat
mempersiapkan jirigan atau wadah lain untuk menampung air suci. Dan yang
terpenting yang harus dipersiapkan adalah niat yang tulus dan suci untuk
melakukan pelukatan. Disarankan pula sebelum melukat, pemedek mandi sehingga
dalam keadaan bersih secara fisik ketika masuk ke areal pura.
Pemangku yang ngaturang ayah di pura tersebut akan menuntun anda dalam
melakukan ritual pelukatan. Kembang 7 rupa yang telah dipersiapkan akan diminta
oleh pemangku untuk keperluan melukat. Sebelum melukat, pemedek menghaturkan
bhakti di hadapan Ida Bhatara Manik Sudamala yang berstana di pura tersebut
dipimpin oleh pemangku. Disini pemedek menyampaikan niatan mereka untuk melukat
di hadapan Ida Bhatara, agar direstui serta segala kekotoran dalam diri dan
fikiran dapat dilebur dengan kekuatan air suci Sudamala.
Selanjutnya pemangku akan menuntun pemedek ke pancuran tempat ritual melukat
dilaksanakan. Cukup mudah untuk menyeberangi sungai, karena airnya tidak
terlalu dalam dan juga telah disediakan jalan beton untuk memudahkam pemedek
menyeberang. Para pemedek diperintahkan untuk duduk bersila di hadapan
pancuran, kemudian pemangku akan mulai menghaturkan mantra-mantra pelukatan
sembari menyiramkan air suci yang diambil dari pancuran ke seluruh tubuh
pemedek yang melukat. Ritual memandikan ini dilakukan hingga beberapa kali. Setelah
itu, pemedek kembali ke pura dan melaksanakan puja kramaning sembah untuk
mengucapkan terimakasih kepada Ida Bhatara Manik Sudamala atas anugerah air
suci yang diberikan.
Melukat di tempat-tempat seperti ini memang dipercaya dapat mendatangkan
ketenangan bathin bagi umat. Kita sebagai manusia yang lahir dan hidup di dunia
tentunya telah ternoda oleh hal-hal duniawi. Hal duniawi inilah yang menutup
mata bathin kita untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, Ida Sang Hyang
Widhi, sehingga terkadang kita merasa berada dalam kegelapan, kegalauan dan
kebingungan ketika menghadapi cobaan. Ketika kita merasa jauh dari Tuhan dan
ingin mulai mendekatkan diri kepada-Nya, mulailah dengan melakukan rutinitas
melukat, setiap ada hari baik seperti purnama dan tilem.(sup)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar